Arti dari Surat Al Kahfi adalah gua yang merupakan Surat ke-18 dari Al Qur’an. Surat Al Kahfi diturunkan di Mekkah, sehingga surat ini tergolong surat makkiyah kepada Nabi Muhammad SAW. Ia turun pada tahun keempat kenabian (nubuwwah).
Terdapat 110 ayat dalam Surah Al Kahfi dan total 1583 kata dalam bahasa Arab. Surat Al Kahfi bercerita tentang banyak kejadian. Yang paling terkenal kisahnya adalah kisah gua maka dari situlah surat mendapatkan namanya.
Surat Al Kahfi banyak instruksi tentang umat Islam. Isi setiap surat di Al Qur’an mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan umat Islam. Termasuk menghafal 10 ayat pertama surat Al Kahfi bisa melindungi diri dari fitnah Dajjal.
Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Darda’ radhiyallahu anhu dalam Hadits Riwayat Muslim nomor 809, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yaitu:
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
Artinya: “Siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari Dajjal (fitnah).”
Surat Al-Kahfi ayat 1-10 Beserta Artinya
Isi Qur’an Surat Al Kahfi ayat 1-10 dan tafsir Qur’an Surat Al Kahfi
Berikut 10 ayat pertama surat Al Kahfi yaitu :
Ayat 1
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ
al-ḥamdu lillāhillażī anzala ‘alā ‘abdihil-kitāba walam yaj’al lahụ ‘iwajā
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok;”
Surat Al Kahfi diawali dengan pujian kepada Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Di dalam Al-Qur’an tidak ada kebengkokan, tidak pula kesesatan dan penyimpangan. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, ayat ini mengajarkan bagaimana memuji dan bersyukur kepada Allah atas nikmat terbesar-Nya yaitu nikmat Islam dan Al-Qur’an.
Ayat 2
قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًاۙ
qayyim al liyunżira ba`san syadīdam mil ladun-hu wa basysyiril-mu`minīnallażīna ya’malụnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran ḥasanā
Artinya: “Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik,”
“Bahkan Allah menjadikan Al-Qur’an pertengahan lagi lurus,” kata Ibnu Katsir ketika menjelaskan qayyima (قيما) pada ayat kedua ini. Di antara fungsi Al-Qur’an adalah sebagai peringatan dan kabar gembira.
Memperingatkan orang-orang yang menentang-Nya dan mendustakan-Nya bahwa kelak mereka akan mendapatkan pembalasan yang keras dan siksaan yang pedih. Sebaliknya, memberikan kabar gembira kepada orang yang beriman dan beramal shalih bahwa mereka akan mendapatkan balasan yang baik.
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan, balasan yang baik dan karunia kebahagiaan terutama akan dirasakan terlebih dahulu oleh ruhaninya.
Ayat 3
مَّاكِثِيْنَ فِيْهِ اَبَدًاۙ
mākiṡīna fīhi abadā
Artinya: “Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.”
Ayat 4
وَّيُنْذِرَ الَّذِيْنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًاۖ
wa yunżirallażīna qāluttakhażallāhu waladā
Artinya: “Dan untuk memperingatkan kepada orang yang berkata, “Allah mengambil seorang anak.”
Secara khusus, Al-Qur’an juga memperingatkan bagi siapa saja atau orang-orang yang mengatakan bahwa Allah SWT memiliki seorang anak. Saat ayat ini turun, kaum muslimin belum berinteraksi dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Kaum muslimin saat itu berhadapan dengan orang-orang musyrikin Makkah.
Dan ternyata, orang-orang musyrikin Makkah meyakini bahwa Allah mengambil malaikat sebagai anak. Mereka mengatakan, “Kami menyembah malaikat, mereka adalah anak-anak perempuan Allah.”
Secara umum, orang-orang yang Yahudi yang mengatakan “Uzair anak Allah” dan orang-orang Nasrani yang mengatakan “Isa anak Allah” juga mendapatkan peringatan ini.
Ayat 5
مَّا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ وَّلَا لِاٰبَاۤىِٕهِمْۗ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۗ اِنْ يَّقُوْلُوْنَ اِلَّا كَذِبًا
mā lahum bihī min ‘ilmiw wa lā li`ābā`ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy yaqụlụna illā każibā
Artinya: “Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka.”
Yakni apa yang mereka ucapkan bukanlah berdasarkan ilmu dan bukti melainkan ucapan yang dibuat-buat. Demikian pula nenek moyang yang mengatakan ucapan tersebut. Ucapan tersebut merupakan ucapan yang sangat buruk dan kedustaan belaka.
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan, ayat 4-5 ini merupakan koreksi atas metode berpikir. Yakni koreksi atas metode berpikir orang-orang musyrik yang mengatakan sesuatu tanpa dasar ilmu.
Ayat 6
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا
fa la’allaka bākhi’un nafsaka ‘alā āṡārihim il lam yu`minụ bihāżal-ḥadīṡi asafā
Artinya: “Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).”
Allah menghibur Rasul-Nya dalam kesedihannya menghadapi sikap kaum musyrikin yang tidak mau beriman dan malah mendustakan. Ibnu Katsir menjelaskan, bakhiun (باخع) artinya membinasakan diri sendiri karena sedih. Sedangkan asafan (أسفا) adalah kecewa.
Ayat 7
اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا
innā ja’alnā mā ‘alal-arḍi zīnatal lahā ayyuhum aḥsanu ‘amalā
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.”
Allah menjelaskan bahwa dunia ini fana. Gemerlap dunia hanyalah untuk menguji manusia siapa di antara mereka yang terbaik amalnya.
Ayat 8
وَاِنَّا لَجَاعِلُوْنَ مَا عَلَيْهَا صَعِيْدًا جُرُزًاۗ
wa innā lajā’ilụna mā ‘alaihā ṣa’īdan juruzā
Artinya: “Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering.”
Allah menjelaskan bahwa dunia ini pasti hancur dan rusak. Demikian pula semua di atasnya akan binasa. Mujahid mengatakan bahwa shahidan juruza (صعيدا جرزا) maksudnya tandus tidak dapat menumbuhkan pepohonan. Sedangkan menurut Qatadah, maksudnya tanah yang tidak ada pohon dan tidak ada tanamannya.
Ayat 9
اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا
am ḥasibta anna aṣ-ḥābal-kahfi war-raqīmi kānụ min āyātinā ‘ajabā
Artinya: “Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?”
Banyak orang yang terheran-heran dengan kisah ashabul kahfi. Kata Ibnu Abbas, apa yang Allah berikan berupa ilmu, sunnah dan Al-Qur’an ini jauh lebih menakjubkan darinya. Buya Hamka menjelaskan, al kahfi (الكهف) adalah gua yang besar lagi luas sehingga orang bisa berteduh atau berdiam di sana.
Sedangkan menurut Ibnu Abbas, ar raqim (الرقيم) adalah sebuah lembah yang terletak di dekat kota Ailah (sekarang Yordania). Di sanalah gua ashabul kahfi itu berada.
Ayat 10
اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
iż awal-fityatu ilal-kahfi fa qālụ rabbanā ātinā mil ladunka raḥmataw wa hayyi` lanā min amrinā rasyadā
Artinya: “(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”
Ayat kesepuluh ini mulai menjelaskan tentang ashabul kahfi. Mereka mencari tempat perlindungan dari kezaliman penguasa hingga akhirnya masuk ke gua. Mereka berdoa meminta rahmat kepada Allah dan petunjuk-Nya.
Ketika sebuah doa yang baik Allah abadikan dalam Al-Qur’an, sesungguhnya Allah mengajarkan doa itu agar orang-orang beriman membacanya. Demikian pula doa ashabul kahfi ini. Doa yang istimewa, memohon rahmat dan petunjuk-Nya.
Keutamaan Surat Al Kahfi
Surat Al-Kahfi sendiri memiliki beberapa keutamaan. Berikut ini beberapa keutamaan Qur’an Surat Al Kahfi.
1. Melindungi Dari Serangan Dajjal
Dajjal merupakan makhluk Allah SWT yang ditakuti oleh manusia karena kedahsyatan fitnahnya untuk kufur dari Allah SWT. Maka Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa surat Al Kahfi ini akan melindungi manusia dari serangan Dajjal.
Ada cara untuk membaca dan menghafal beberapa ayat dalam surat ini. Sering dikatakan bahwa sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir adalah ayat yang penting untuk dihafalkan.
Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an cukup panjang, yang mana dalam riwayat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maka barang siapa di antara kamu yang menemukannya (menemukan Dajjal) hendaknya dia membacanya ayat-ayat permulaan. dari surat al-Kahfi.”
Dalam riwayat Muslim lainnya, dari Abu Darda ‘radhiyallahu’ anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa membaca sepuluh ayat dari awal surat al-Kahfi, maka dia terlindungi dari Dajjal.” Itu dari kerusuhannya. (Sahih Muslim, Kitab Salalah al-Mufassirin)
2. Diampuni Dosanya
Imam Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Umar, “Barangsiapa membaca Surat al-Kahfi pada hari Jumat maka akan ada cahaya yang memancar dari telapak kakinya hingga ke langit yang akan bersinar pada hari kiamat. Dan dosa-dosanya akan diampuni antara dua Jum’at.”
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka dia akan disinari dengan cahaya antara dia dan Baitul ‘Atiq.” Al-Hasan bin Ali RA selalu membaca Surat Al Kahfi pada setiap malam Jumat.
3. Memancarkan Cahaya di antara Dua Jum’at
Keutamaan Surat Al Kahfi yang selanjutnya adalah memancarkan cahaya diantara dua jumat. Dalam riwayat lain, masih dari Abu Sa’id al-Khudri,
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya baginya di antara dua Jum’at.” (HR. Al-Hakim)
4. Rumahnya Tidak Akan Dimasuki Setan
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abdullah bin Mughaffal, “Rumah yang dibacakan surat Al-Kahfi atau Al-Baqarah di dalamnya tidak akan dimasuki setan sepanjang malam.”
Ada juga pendapat lain yang mengatakan wajib membaca surat Al Kahfi oleh para imam pada hari Jum’at. Mereka juga mengatakan, disarankan untuk mengulanginya. Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni mengatakan, “Dibacakan membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at.”
5. Menerangi Hari Kiamat
Abdullah bin Umar berkata bahwa Rasulullah mengatakan:
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka ia akan memancarkan cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua Jum’at.”
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa surat Al-Kahfi ini memiliki banyak sekali keutamaan. Bahkan, di dalam surat Al-Kahfi juga terkandung berbagai macam hikmah ketika membacanya.